Nama :
Zainul Mustofa
Jurusan :
Ilmu Administrasi Negara
Kepemimpinan situasional dengan hati
nurani
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding
makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan
untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk.karena pada umumnya hakikat kepemimpinan ditemukan di dalam kehidupan di
temukan di dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Dengan kelebihan itulah manusia
seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu
dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik.
Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang
berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan
dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam
penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan
dengan baik.Tidak banyak orang yang lahir sebagai pemimpin. Pemimpin lebih
banyak ada dan handal karena dilatihkan. Artinya untuk menjadi pemimpin yang
baik haruslah mengalami trial and error dalam menerapkan gaya kepemimpinan.
Pemimpin yang baik memiliki dan mampu
menerapkan secara tepat (waktu, tempat, dan situasi) sifat utama seorang
pemimpin. Ada situasi yang menuntut pemimpin untuk bersabar dan demokratis,
tapi ada kalanya harus tegas dan segera mengeluarkan jurus pamungkas untuk
segera menyelesaikan persoalan. Sifat tadi sangat dipengaruhi oleh keaktifan
daya atau energi kepemimpinan dalam diri seseorang. Daya atau energi ini yang
mendorong berkembangnya sifat seseorang, yang diantaranya yaitu; kemanusiaan, di dalam setiap bentuk
kepemimpinan, unsur atas hakikat kemanusiaan harus diutamakan. Kebersamaan, kepemimpinan selayaknya
berpedoman pada rasa kebersamaan antar sesama anggota organisasi untuk
meningkatkan kinerja dan mampu mencapai sasaran yang dikehendaki. Efisiensi, kepemimpinan seharusnya
memiliki efisiensi teknis maupun sosial.
Sebagai mahasiswa untuk mencapai tujuan
dalam pengambilan keputusan yang efektif ada delapan langkah untuk proses
pengambilan keputusan, yaitu:
Pertama, mengenali masalah yang terjadi secara cermat dengan segala
keterkaitannya. Kedua, mencari
relevansindari permasalahan yang terjadi dengan beberapa kriteria keputusan
yang akan diambil. Ketiga, evalusi Efektifitas keputusan, yaitu keputusan
yang telah diimplementasikan harus dimonitor, apakah setiap langkah penerapannya
sudah benar, sudah tepat, atau terjadi penyimpangan di dalam penerapannya.
Sumber: Drs. Haryadi, MM (kepemimpina Dengan hati nurani,
2012)