Minggu, 02 November 2014

Siapa Dirimu......?

Siapa Dirimu......?
Oleh: Zainul Mustofa
Hari ini, dari sudut kerapuhan jiwaku, Tiba-tiba kau datang
Kau kah yang aku tunggu.......?
Kau ini siapa......?
Hadir dalam jiwaku di tengah malam
Tiba-tiba menyelipkan bait kerinduan
Menari-nari memperindah mimpiku
Menebar harum di relung sukmaku
Kau ini siapa.......?
Hadir dengan begitu indahnya
Membius dengan kesendirianku
Membuaiku di atas awang-awang
Merebut kesadaranku
Kau  ini siapa.......?
Melukis pelangi di hatiku
Meniupkan hawa kasih sayang di telingaku
Menyemaikan benih-benih asmara
Mengalirkan harapan dalam darahku
Kau ini siapa.........?
Memindahkan mentari ke dalam sanubaruku
Mencarikan kegalauanku
Kau ini siapa..........?

Kau hadir untukku........?

TEORI-TEORI ILMU SOSIAL

TEORI-TEORI ILMU SOSIAL
Saya selaku penulis akan menggunakan analisis sistem yang dikemukakan oleh Talcott parsons mengenai Hakekat Teori-teori Ilmu Sosial. Talcot parsons mengatakan bahwasanya, kehidupan sosial itu harus dipandang sebagai sebuah sistem (sosial). Artinya, kehidupan tersebut harus dipandang sebagai suatu keseluruhan atau totalitas dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan satu sama lain, saling tergantung, dan berada dalam suatu kesatuan. Kehidupan sosial seperti itulah yang disebut sebagai sistem sosial. Dari salah satu karekteristik dari sistem sosial sosial adalah, ia merupakan kumpulan dari beberapa unsur atau komponen yang dapat kita temukan dalam kehidupan bermasyarakat.
 Pengambilan Dalam hal ini, talcott parsons membedakan 3 unsur pokok dari tindakan sosial, yaitu sistem kepribadian, sistem sosial, dan sistem budaya. Sistem budaya dianggap sebagai dasar dari struktur normatif sistem sosial dan bentuk-bentuk kebutuhan serta proses-proses pengambilan keputusan dalam sistem kepribadian. Karen hal yang terpenting dalam teori tersebut ialah soal integrasi, sehingga komponen subsistem sosial yang lain dalam hal ini sistem kepribadian dan sistem budaya hanya akan dibicarakan dalam kaitannya dengan sumbangannya terhadap integrasi sistem sosial tersebut.

Kehidupan tersebut menurut parsons terdiri dari beberapa peran sosial seperti misalnya dari mata kulliayah yang kami tempuh ini yang terdiri dari beberapa kompetensi. Dari beberapa kompetensi tersebut berjalan dengan sendirinya sesuai dengan fungsinya masing-masing. Namun meskipun berbeda saling ada hubungan secara timbal balik atau ada keterkaitan satu sama lain sehingga tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu kesatuan kehidupan yang tidak dapat dipisahkan demi mencapai suatu tujuan.

Senin, 07 Juli 2014


MEMBANGUN PRADIKMA BARU DALAM MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN
Oleh: Zainul Mustofa
Dalam penerapan sistem politik di Indonesia terbuka pada masa reformasi saat ini, lembaga pemerintah mau tidak mau harus mengubah cara pandangnya terhadap publiknya. Karena Peran pemerintah cenderung semakin berkurang, sedangkan peran masyarakat semakin besar. Paradigma ini membawa pengaruh pada kualitas hubungan antara pemerintah dan masyarakat. Ketika pemerintah sudah tidak dapat lagi memberikan pelayan yang efektif, maka tidak akan ada hubungan yang harmonis antara pemerintah dan masyarakat. Bahkan dipastikan akan terjadi kesenjangan antara masyarakat karena tidak efektifnya pelayanan dari penerintah. Jika dahulu perilaku pemerintah diposisikan lebih tinggi daripada rakyat atau bahkan mungkin berperilaku seolah – olah pemerintahan adalah sistem yang tertutup "tidak butuh siapa–siapa" maka seharusnya kini menjadi pemerintah dan rakyat yang memiliki posisi yang setara. Perubahan paradigma ini berhubungan juga dengan perubahan pola komunikasinya yaitu komunikasi yang interaktif dan transaksional.
Seiring dengan perubahan cara pandang tersebut maka sudah seharusnya setiap aparat pemerintah sebagai pelayan masyarakat memiliki kemampuan berhubungan dengan publiknya secara timbal balik. Sejalan juga dengan fungsinya sebagai pelayan masyarakat maka pemerintah harus mampu menempatkan diri sebagai mitra masyarakat dengan mampu melayani masyarakat secara maksimal. Untuk merealisasikan hubungan timbal balik tersebut maka perlu dari pemerintah mengetahui masalah yang menjadi keluh kesah masyarakat. Sehingga dalam membina hubungan yang telah dibahas di depan. Inti dari membina hubungan adalah memiliki apa yang dibutuhkan untuk mencapai apa yang diinginkan masyarakat. Yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan mengelola perbedaan untuk mendapatkan outcomes yang mendasar yaitu goodwill dan kedamaian
Salah satu cara yang dapat dilakukan supaya evaluasi publik terhadap pemerintah positif adalah melayani mereka dengan seefektif mungkin. Ukuran dari kualitas pelayanan yang diharapkan antara lain adalah: Reliability (keandalan), Responsiveness (ketanggapan), Competence (kemampuan), Acess (mudah diperoleh), Courtesy (keramahan), Communication (komunikasi), Credibilty (kredibilitas), Security (keamanan), Understanding (saling memahami) dan Tangibles (terukur).
Oleh karena itu, sejalan dengan perkembangan system pemerintahan di Indonesia sekarang ini, maka dituntut adanya pradigma baru dalam penyelenggaraan pemerintahan. Yaitu system pemerintahan yang mengarah pada “good governance”. Oleh karena itu pemerintahan sekarang dituntut untuk mengembangkan dimensi keterbukaan, mudah diakses, accountable dan transparan. Sehingga dengan hal tersebut, untuk membangun pemerintahan yang baik perlu adanya banyaknya kritikan dan pendapat pihak lain atau public. Dengan demikian, masyarakat bias dengan mudah bertindak dan berprasangka negative jika komonikasi antara pemerintah dan masyarakat tidak terjalin dengan baik.


Rabu, 18 Juni 2014

smart leadership



NAMA                         : ZAINUL MUSTOFA
NIM                 : 2013-21-01-21
PRODI            : ILMU ADM. NEGARA

2. Meningkatnyakualitas mental dan sikap kepribadian seseorang harus di tingkatkan terus, karena jiwa manusia di ciptakan sempurna atau lebih tepatnya dalam proses menjadi sempurna. Oleh sebab itu, ia selalu terbuka dan mampu menerima usaha pembaruan serta perbaikan-perbaikan. Selalu ada kesempatan untuk meningkatkan jiwa manusia menuju proses lebih tinggi atau menuju kesempurnaanya sebagai manusia.
3. Datangnya resiko dalam setiap perubahan. Kadang kala disinilah terjadi kekhawatiran terhadap resiko yang bakal terjadi, sehingga menimbulkan perpecahan atar pemimpin dan bawahannya. Keti terjadi perpecahan antara pemimpin dan bawahan maka sulit untuk menjalankan sebuah visi dengan baik karna bentuk kerjasama sudah tidak terbentuk lagi malah terjadi perpecahan antar keduanya.
4. Memang kegagalan selalu ada dalam setiap usaha, akan tetapi tidak selamanya duduk di bangku kegagalan karna dalam berusaha, semakin di temukan titik kegagalan maka semakin dekat apa yang namanya kesuksesan. Untuk meraih kesuksesan, dapat di mulai dengan melihat ke dalam diri kita sendiri bukan berarti menyalahkan berbagai faktor luar sebagai penyebab kegagalan dalam hidup yang di dapatkan, itu bukan cara yang bijaksana. Maka dari itu, perlu memulai melakukan perubahan dari dalam diri sendiri, terlepas seberapa buruknya keaadan di luar dan juga memulai mengubah cara pandang dan cara pikir dari dalam diri sendiri sehingga dapat mengubah sikap hidup. Seperti yang di nyatakan oleh Dr. Maxwell bahwa perubahan diri selalu di mulai dengan adana perubahan pola pikir, perubahan pola pikir dapat di awali dengan membuka hati dan lebih mendengarkan kata hatinya sendiri. Dengan mengelola pola pikir dan mengendalikanna ke arah yang positif itu sangat penting dalam membantu meningkatkan mental dan memelihara kesehatan jiwa kita. Sama halnya olahraga untuk kesehatan tubuh, maka untuk melatih mental dan kesehatan jiwa, di perlukan olah pikir ke arah yang positif. Dengan mengarahkan pikiran ke sisi yang positif, maka jiwa kita akan menjadi positif dan hidup menjadi positif pula.



Rabu, 04 Juni 2014

Zainul Mustofa

aku ingin dunia ini berubah karena adanya diriku
 

Fungsi Human Relation dalam Kepemimpinan


Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti tidak akan pernah lepas dari yang namanya kebersamaan, Baik kebersamaan dengan keluarga, kerabat, maupun kebersamaan dengan teman-teman. Sehingga manusia dituntut untuk saling berbagi terhadap sesamanya demi menjaga hubungan yang baik selama masih hidup. Maka dari itu, manusia merupakan makhluk yang sering dikatakan “zone politican “ yaitu manusia yang saling membutuhkan satu sama lain. Dan hal tersebut terbukti ketika manusia berinteraksi dalam kehidupan sehari-harinya. Oleh karena itu, membangun human relation adalah suatu hal yang sangat penting untuk saling melengkapi, membina, mengayomi demi terciptanya keharmonisan bersama, dan menghindari kesenjangan atau hambatan-hambatan komunikasi.
Menurut R.F. maier dalam bukunya, Principle of human relation “ hubungan manusiawi dapat dilakukan untuk menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi, meniadakan salah pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia.” Human relation adalah hubungan yang bersifat intern, sedangkan hubungan yang bersifat ekstern disebut “pubic relation“. Human relation merupakan inti daripada kepemimpinan. Jadi human relation merupakan interaksi yang terjadi dalam kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, disengaja maupun tidak disengaja, sehingga menimbulkan reaksi terhadap yang lainnya. Dari fungsi human relation tersebut untuk menerapkannya, seorang pemimpin hendaknya dapat mengayomi serta memberikan arahan dan pendekatan terhadap bawahannya ataupun terhadap masyarakat, sehingga human relation tersebut dapat dirasakan bersama dengan baik. Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan. Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakannya. Oleh sebab itu, kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran- pikiran, perasaan-perasaan tingkah laku orang lain.
Dari penjelasan di atas bahwasanya membangun human relation merupakan kewajiban individu demi terbentuknya suatu kebersamaan untuk bersatunya antar manusia. Selain itu untuk menjadi pemimpin yang baik, maka terlebih dahulu memperbaiki hubungan sesamanya dengan baik pula. Karena bagaimana mungkin seseorang akan menjadi pemimpin, kalau tidak memperhatikan atau tidak peduli dengan hubungan sesamanya. Seprti halnya tidak memperhatikan sikapnya sendiri, prilakunya, acuh tak acuh dan ironisnya lagi tidak mau tau terhadap keadaan yang lainnya, dan lebih memikirkan dirinya sendiri tanpa menyadari kalau setiap manusia pasti akan saling membutuhkan satu sama lainnya. Oleh karena itu setiap manusia pasti membutuhkan kebersamaan yang baik, karena dengan kebersamaanlah dapat meringankan beban setiap manusia yang sedang dialami dalam hidupnya.

Rabu, 23 April 2014



Nama              : Zainul Mustofa
Jurusan          : Ilmu Administrasi Negara

Kepemimpinan situasional dengan hati nurani

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memilih mana yang baik & mana yang buruk.karena pada umumnya hakikat kepemimpinan ditemukan di dalam kehidupan di temukan di dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusiapun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.Tidak banyak orang yang lahir sebagai pemimpin. Pemimpin lebih banyak ada dan handal karena dilatihkan. Artinya untuk menjadi pemimpin yang baik haruslah mengalami trial and error dalam menerapkan gaya kepemimpinan.  
Pemimpin yang baik memiliki dan mampu menerapkan secara tepat (waktu, tempat, dan situasi) sifat utama seorang pemimpin. Ada situasi yang menuntut pemimpin untuk bersabar dan demokratis, tapi ada kalanya harus tegas dan segera mengeluarkan jurus pamungkas untuk segera menyelesaikan persoalan. Sifat tadi sangat dipengaruhi oleh keaktifan daya atau energi kepemimpinan dalam diri seseorang. Daya atau energi ini yang mendorong berkembangnya sifat seseorang, yang diantaranya yaitu; kemanusiaan, di dalam setiap bentuk kepemimpinan, unsur atas hakikat kemanusiaan harus diutamakan. Kebersamaan, kepemimpinan selayaknya berpedoman pada rasa kebersamaan antar sesama anggota organisasi untuk meningkatkan kinerja dan mampu mencapai sasaran yang dikehendaki. Efisiensi, kepemimpinan seharusnya memiliki efisiensi teknis maupun sosial.
Sebagai mahasiswa untuk mencapai tujuan dalam pengambilan keputusan yang efektif ada delapan langkah untuk proses pengambilan keputusan, yaitu:
Pertama, mengenali masalah yang terjadi secara cermat dengan segala keterkaitannya. Kedua, mencari relevansindari permasalahan yang terjadi dengan beberapa kriteria keputusan yang akan diambil. Ketiga, evalusi Efektifitas keputusan, yaitu keputusan yang telah diimplementasikan harus dimonitor, apakah setiap langkah penerapannya sudah benar, sudah tepat, atau terjadi penyimpangan di dalam penerapannya.

Sumber: Drs. Haryadi, MM (kepemimpina Dengan hati nurani, 2012)